KELAS PERCEPATAN DI SMPN 1 DAN SMAN 1 DENPASAR
Jika NTB akan dijadikan proyek percontohan SMA sistem SKS sehingga siswa SMA bisa tamat dalam waktu dua tahun, di Denpasar khususnya di SMPN 1 dan SMAN 1 Denpasar sejak 2001 sudah dibuka kelas percepatan. Siswa di kelas ini memang diformat tamat dalam waktu dua tahun, beda dengan kelas reguler yang tamat tiga tahun. Seperti apa kelas percepatan itu dan bagaimana nasib pergaulan siswanya sehari-hari? MENYIMAK kelas percepatan cukup manarik. Bahkan salah seorang dosen STAH Mataram, Nyoman Mudita sampai meneliti keberadaan kelas ini di Denpasar untuk menyelesaikan program S2-nya. Sekalipun dihuni oleh siswa berotak encer, juga ada suka-dukanya. Di Bali baru dua sekolah yang menggelar kelas percepatan yakni SMAN 1 Denpasar atas penunjukan pusat dan SMPN 1 Denpasar dengan SK Gubernur Bali.Untuk mendapatkan siswa di kelas ini harus melewati persyaratan berat. Mereka yang boleh masuk hanya yang ber-IQ 125 ke atas, lulus tes akademik dan memiliki kemampuan emosional (EQ) yang baik. Bahkan di SMPN 1 Denpasar, menurut kepala sekolahnya Drs. Ketut Killa, M.M., calon siswanya dites dua kali oleh psikolog berbeda untuk memantapkan pilihan mereka di kelas ini. Dari hasil seleksi, jumlah yang terjaring tak pernah lebih dari angka 20 orang karena memang sulit mencari siswa yang memenuhi persyaratan.Kurikulum dan kalender pendidikan mereka beda jauh dengan kelas reguler. Kenaikan kelas dilakukan tiap empat bulan. Namun waktu libur dan jam sekolah sama dengan siswa lain yakni mulai pukul 07.30 hingga pukul 13.55 wita. Hal ini menurut Koordinator Kelas Percepatan SMAN 1 Denpasar Drs. I Made Sutarsa, untuk menghindari kesan diskriminasi antara siswa reguler dan percepatan. Hanya materinya diajarkan oleh guru terpilih dengan pola ketuntasan.Jika di SMAN 1 dipakai ketuntasan minimal 7,5, sementara di SMPN 1 Denpasar ditentukan secara bervariasi. Saat di kelas I ditetapkan ketuntasan 6,5, kelas II 7,0 dan kelas III 7,5. Berarti siswa yang tak memenuhi nilai itu harus mengikuti remidial. Dari segi hasil jangan diragukan. Di SMPN 1 Denpasar 100 persen siswa percepatan diterima di SMAN dan 100 persen lulusan kelas percepatan SMAN 1 Denpasar diterima di PTN bahkan di luar negeri.Namanya saja kelas percepatan, biayanya juga sedikit beda. Jika kelas reguler di SMAN 1 membayar tiap bulan Rp 125.000, untuk kelas percepatan Rp 197.500/bulan. Namun angka ini dikatakan Sutarsa sama dengan biaya kelas reguler yang dibagi untuk dua tahun. Sementara di SMPN 1 siswa kelas percepatan diwajibkan membayar 1,5 kali dari siswa reguler. Alasannya, menurut Killa, bantuan pemerintah untuk program ini sangat minim. ''Setahu saya hanya sekali dibantu Rp 10 juta,'' ujarnya.Ada yang GugurSaking beratnya beban belajar mereka, ada juga siswa yang gugur di tengah jalan. di SMAN 1 tiap tahun 2-3 yang mengundurkan diri, demikian juga di SMPN 1 Denpasar. Umumnya mereka mundur saat di kelas I.Benarkah siswa kelas percepatan tampil eksklusif di tengah siswa lainnya?Putu Prayastitadevi, siswa kelas III IPA 8 percepatan SMAN 1 Denpasar mengakui tidak juga. Namun sering juga mendapat perlakuan minor dari temannya sekalipun dalam batas bercanda. 'Minggir-minggir, siswa kelas percepatan lewat.'' Namun, pernyataan itu tak membuatnya risi. Ia lebih banyak bergaul saat mengikuti ekstrakurikuler.Ia membantah kalau dikatakan siswa kelas percepatan belajar hingga sore hari. Jam belajar di sekolah sama saja, hanya pemadatan materinya yang berbeda. Karena memakai pola ketuntasan belajar, Putu mengakui beban belajarnya jelas lebih berat.Hal yang sama diungkapkan Wisma, siswa kelas II percepatan SMPN 1 Denpasar. Ia mengaku tetap menjaga diri agar tak sampai terkesan eksklusif sebagai siswa pintar, makanya ia juga sering bergaul ke kelas lain. Rekan Wisma, Paul dan Wira juga mengaku tak merasa beban duduk di kelas percepatan, apalagi ada siswa pintar darinya yang memilih kelas reguler. ''Bagi kami semua sama, hanya beda kurikulum dan pola belajarnya,'' ujar Wira